Pantun Cinta Melayu Klasik ini dipersembahkan sebagai salah satu cara melestarikan khazanah warisan luhur budaya Melayu.
Masyarakat Melayu tidak dapat melepaskan diri pantun. Pantun menyelinap masuk ke upacara adat, dakwah agama, maupun kelakar sehari-hari.
Pantun Melayu merupakan sastra lisan paling populer. Kita dapat menemukan berbagai bentuk pantun sebagai cermin kepopuleran pantun: Pantun Cinta, Pantun anak-anak, Pantun Jenaka, Pantun Perkawinan, Pantun Meminang, Pantun Berkenalan, Pantun Humor, Pantun Nasehat, dan masih banyak lagi.
Pantun Cinta termasuk ke dalam kategori pantun muda. Pantun ini dibagi menjadi beberapa kategori.
Pantun Berkenalan tidak selalu dalam arti berkenalan secara langsung. Ia bisa berupa cara mengagumi seseorang dari kejauhan.
Dalam Layar Terkembang, terdapat adegan dimana seorang muda teruna dan pemudi saling bertatap mata. Hal ini membawa perasaan berdosa.
Tentunya dari latar belakang novel Layar Terkembang kita dapat melihat sopan santun serta adat para leluhur Melayu.
Pergaulan muda mudi tertata sedemikian rupa dan dibalut norma-norma luhur sehingga maruah (kehormatan) tetap terjaga di lingkungan masyarakat.
Selamat menikmati Pantun Cinta Melayu Klasik!
Masyarakat Melayu tidak dapat melepaskan diri pantun. Pantun menyelinap masuk ke upacara adat, dakwah agama, maupun kelakar sehari-hari.
Pantun Melayu merupakan sastra lisan paling populer. Kita dapat menemukan berbagai bentuk pantun sebagai cermin kepopuleran pantun: Pantun Cinta, Pantun anak-anak, Pantun Jenaka, Pantun Perkawinan, Pantun Meminang, Pantun Berkenalan, Pantun Humor, Pantun Nasehat, dan masih banyak lagi.
Pantun Cinta termasuk ke dalam kategori pantun muda. Pantun ini dibagi menjadi beberapa kategori.
- Pantun Berkenalan
- Pantun Berkasih-kasihan
- Pantun Berceraian
- Pantun Beriba Hati
Pantun Berkenalan tidak selalu dalam arti berkenalan secara langsung. Ia bisa berupa cara mengagumi seseorang dari kejauhan.
Dalam Layar Terkembang, terdapat adegan dimana seorang muda teruna dan pemudi saling bertatap mata. Hal ini membawa perasaan berdosa.
Tentunya dari latar belakang novel Layar Terkembang kita dapat melihat sopan santun serta adat para leluhur Melayu.
Pergaulan muda mudi tertata sedemikian rupa dan dibalut norma-norma luhur sehingga maruah (kehormatan) tetap terjaga di lingkungan masyarakat.
Selamat menikmati Pantun Cinta Melayu Klasik!
Pantun Berkenalan - Pantun Cinta Melayu Klasik
Arak-arak kelapa puan,Next Pantun Berkenalan ...
tak puan kelapa padi.
Harap benar hamba ke tuan
tak Tuan siapa lagi.
Ambil susu di pasar ikan
susu kambing di Kali Mati
Bukan lesu tak kurang makan
lesu sebab menahan hati.
Anak lebah main di rawa
ikan sepat di dalam karang
Rasanya badan tiada bernyawa
Sebelum dapat adinda sayang
Andang-andang padi sang nata
Putus benang jalankan tombak
Timbang-timbang apalah rasa
Lautan tenang gunung berombak
Ambil guni di Kali Mati
Tanah lapang tempat komedi
Saya mati membela mati
takutkan tuan tiada sudi.
Ambil kain dibuat sumbu
Nasi santin dibuang-buang
Jangan dibuat sebagai tebu
air ditelan ampas dibuang
Ambil tangga saya ukiri
Anak Bandan bermain piring
Apa juga yang dipikiri
Sampailah badan kurus kering.
Ambil puan dari merinda
Pandan di Jawa saya robohkan
Jika tuan membawa adinda
Badan dan nyawa saya serahkan
Anak badak di Tanjung Puan
buah kamboja dalam rimba
Berbedak beriangirlah tuan
biarlah kanda menjadi hamba
Api-api unggunan kandis
tumpah damar di kulit tengar
Laki-laki mulutnya manis
Jika bersumpah angan di dengar
Aku tutuh sebatang pinang
Ditimpa oleh sebatang padi
Ditembak oleh peluru petunang
Baru ditembak ular pun mati
Ambil sekin letakan jati
Tetak dengan kayu benalu
Supaya yakin dalam hati
Adinda jangan mendapat malu
Ambil puan di atas batu
Hendak berlayar ke pulau Jawa
Jika tuan berkata begitu
Esok hari Kakanda bawa
Ambil gantang dari Cikini
Orang membaca cerita perang
Untung apa macam begini
Untuk menjadi sebutan orang
Anak agus dalam ayunan
Anak cecak hinggap di betung
Sungguh bagus kain tenunan
Sayang sedikit bersambung-sambung
Ambil gendang di Kampung Jenis
Bunga melati di atas jendela
Makin dipandang makin manis
Sampai di hati merasa gila
Anak Islam menjual sepat
Daun miana di Pinangsia
Takutkan tuan orang yang dapat
Bagaimana nasib untung saya?
Ambil tawas di Kampung Jati
Ambil parang potong jejamu
Belum puas rasanya hati
Jika Adinda belum bertemu
Ambil sirih palitkan sedah
Ambil tilam di rumah bola
Kalau diingat tempo yang sudah
Hati di dalam menjadi gila
Anak gajah mandi di sumur
Ambil galam dalam perahu
Orang muda jangan takabur
cobaan Allah siapa yang tahu
Ada gamelan berbunyi malam
Terdengar dari Kampung Kerukut
Saya mencari seputar alam
Tuan seorang yang sangat patut
Ambil dian pasang pelita
Anak dewa main di karang
Biar andai bermain mata
Jangan ketahuan di mata orang
Ambil tangga di batang temu
Anak lebah main di rawa
Belum juga dapat bertemu
Rasanya badan tidak bernyawa
Anak kuda di papan rata
Ambil kikir dengan gergaji
Jikalau saya sudah berkata
Tidaklah saya mungkirkan janji